Sunday, July 1, 2007

Sungguh Amat Baik

Di bagian terakhir dari bab sebelumnya kita sudah melihat bagaimana seharusnya menikmati Allah melalui menikmati berkat-berkatNya. Sebelum kita melihat bagaimana seharusnya kita menikmati, kita perlu melihat dulu sebuah bagian firman Tuhan yang sering disalah-mengertikan, yaitu 1 Yoh 2:15-17.
15 Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu. 16 Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia. 17 Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya.

Bagian firman Tuhan ini sering dianggap sebagai perintah bagi orang-orang percaya untuk menghindari dunia dan tidak menikmati segala kenikmatan sementara. Karena kenikmatan sementara hanya berisi segala keinginan daging, keinginan mata serta keangkuhan hidup dan semuanya berasal dari dunia.
Masalahnya, yang disorot oleh Yohanes yaitu keinginanan yang dilakukan di dalam keberdosaan. Bagaimana dengan keinginan dan kenikmatan yang dikuduskan? Bukankah semua kenikmatan sementara itupun bisa memuliakan Allah? Maka kita harus membedakan antara mengasihi dunia dengan mempergunakan dan menikmati dunia.
Yang dimaksud dengan mengasihi dunia adalah keterikatan dengan dunia, begitu menginginkan dunia ini, bahkan dunia ini yang menjadi pusat dan tujuan di dalam hidup ini, sehingga ketika harus kehilangan dunia ini, sepertinya hidup ini tidak berarti lagi. Dunia yang berdosa menjadi Tuan sedangkan manusia menjadi budaknya. Itu sebabnya Yohanes mengatakan tidak ada kasih terhadap Bapa.
Menikmati dunia bisa sama dengan mengasihi dunia, jikalau dilakukan di dalam keberdosaan dan berpusat pada manusia, anthroposentris. Tetapi, menikmati dunia bisa menjadi sesuatu yang bertentangan dengan mengasihi dunia. Menikmati dunia adalah suatu anugerah Allah bagi umatNya untuk menikmati segala berkat-berkatNya di dalam segala kebebasan dan bukan di dalam keterikatan. Pemikiran paradoks John Calvin dalam Inst III.6-10, tentang Christian Life seharusnya menjelaskan kepada kita bagaimana hubungan antara dunia (beserta berkat2 dan kenikmatannya) dengan diri orang percaya. Bagi Calvin, orang percaya seharusnya menikmati semua berkat-berkat Allah, karena semuanya adalah pemberian Allah, maka Ia menginginkan kita menikmatinya di dalam ucapan syukur. Tetapi, jangan sampai terikat dengan semuanya itu, sehingga ketika kehilangan semuanya itu seolah-olah hidup ini tidak bisa lagi bahagia.
Jadi, kita bisa menikmati dunia dengan melihatnya adalah berkat-berkat dari Allah dan dengan tujuan untuk bisa memuliakan Allah karena Allahpun menginginkan kita untuk menikmati semuanya.

Menikmati Manusia
Manusia adalah ciptaan Allah tertinggi di dunia ini. Itu sebabnya ciptaan Allah yang tertinggi kenikmatannya adalah manusia. Allah mengatakan tidak baik manusia itu seorang diri. Karena jikalau manusia hanya sendiri maka manusia tidak bisa menikmati sesama manusia. Seringkali orang-orang mengartikannya dengan cinta atau kasih.
Yang paling mendasar dari menikmati sesama manusia adalah menikmati keluarga. Allah memberikan keluarga untuk dinikmati di dalam relasi, baik antara suami isteri maupun antara orang tua anak dan sesama saudara. Keluarga merupakan unit terkecil tetapi memiliki kenikmatan tertinggi. Dari keluarga, kita bisa belajar menikmati di dalam persekutuan dan relasi yang lebih luas, baik itu persahabatan, sampai gereja yang merupakan bagian dari kumpulan orang percaya yang saling menikmati.
Kenikmatan tertinggi di dalam menikmati manusia ada di dalam hubungan sex suami dan isteri. Dua menjadi satu melambangkan persekutuan terintim dan terdalam dari manusia. Kenikmatan yang tertinggi inilah yang dicemari dosa sedemikian dalam, membuat semakin lama semakin sulit dibedakan mana yang kudus dan mana yang hanya sekedar pemuasan nafsu yang berdosa.

Kesalahan dalam menikmati sesama manusia dimulai dari kesalahan di dalam menikmati keindahan dan kemuliaan yang Allah berikan kepada manusia. Melihat wanita yang cantik, seharusnya membuat kita menikmati dan bersyukur kepada Allah yang masih memberikan keindahan, kecantikan dan kemuliaan kepada manusia berdosa. Di samping itu, seharusnya lebih menghargai di dalam relasi dan persekutuan yang bisa hadir di dalam persahabatan. Yang terjadi ternyata banyak pria yang menginginkan seorang wanita cantik untuk dimiliki dan dinikmati sendiri, bahkan ada yang hanya menginginkan tubuhnya hanya untuk sekedar dinikmati dan memuaskan nafsunya yang berdosa.
Manusia yang ingin menikmati sesama manusia hanya untuk pelampiasan nafsunya, sesungguhnya sudah melakukan perbuatan dosa yang lain, yaitu: menyia-nyiakan kenikmatan di dalam relasi yang sehat dan menikmati Allah saat kita bersyukur dan memuliakan Allah yang menjadi sumber dari segala keindahan dan kecantikan.

Kesalahan ini tidak hanya dilakukan oleh pria. Wanitapun melakukan kesalahan yang sama. Melihat pria yang tampan dengan segala kepemimpinan dan kewibawaannya, membuat wanita ingin memiliki pria itu.

Baik pria dan wanita juga melakukan kesalahan yang sama ketika iri dan tidak menghargai segala keindahan yang Allah berikan kepada manusia yang lain. Banyak wanita iri dengan kecantikan wanita lain dan berusaha menjadi cantik dan bahkan lebih cantik dari wanita-wanita cantik yang menjadi saingannya.
Begitu juga ketika kita menghina orang lain karena cacat atau kita anggap kurang baik. Padahal di dalam diri orang-orang yang cacat sekalipun ada hal-hal yang masih bisa dinikmati, dan mungkin bisa lebih dalam dan tinggi kualitasnya dibandingkan dengan orang-orang yang kelihatan baik secara fisik. Ada banyak orang cacat di dalam sejarah dunia yang kisahnya membuat kita terharu, bahagia dan bersukacita! Mengenal dan mendengarkan hidup mereka membuat kita bersyukur dan memuliakan Allah yang telah mencipta mereka. Misalnya, Fanny J. Crosby, seorang wanita yang buta sejak kecil tetapi menjadi penulis lagu-lagu hymn terbanyak sepanjang sejarah. Buta, tapi melihat lebih banyak dari orang lain.

Ada terlalu banyak di dalam manusia yang bisa kita nikmati, yang membuat kita bisa memuji Allah, bersyukur, memuliakan dan menikmatiNya karena segala hal yang sudah Ia berikan di dalam diri manusia.

Menikmati Alam
Sepertinya semua orang sudah mengerti bagaimana menikmati alam. Kita bisa melihat Tour and Travels yang terus berkembang dan selalu menguntungkan di saat-saat liburan. Kita juga sering melihat bagaimana tempat-tempat wisata menjadi tempat-tempat yang sangat ramai karena begitu banyak orang ingin menikmati semua keindahan alam. Sepertinya banyak orang yang sudah mengerti bagaimana menikmati alam. Betulkah semua orang mengerti bagaimana mengerti alam?

Kalau diperhatikan lebih jauh, sebenarnya hanya sedikit yang betul-betul bisa menikmati alam di lingkungan/ daerahnya sendiri. Sepertinya rumput tetangga lebih hijau. Orang-orang di satu pulau seringkali lebih menghargai keindahan dari pulau yang lain. Begitu juga dengan satu negara dengan negara yang lain. Orang Indonesia lebih melihat keindahan di Australia, Eropa dan Amerika. Sebaliknya orang Amerika, Australia dan Eropa justru melihat Indonesia dan Asia lebih indah. Mengapa? Apakah agar pariwisata bisa terus berkembang? Ataukah karena sudah puas dengan segala keindahan di daerahnya sendiri? Jangan-jangan justru karena tidak pernah bisa menghargai dan puas akan keindahan alam di tempat asalnya?
Sebaliknya juga kita bisa menemukan orang-orang yang menilai keindahan alam di daerah atau tempatnya justru menghina dan merendahkan tempat-tempat lain. Seolah-olah tempat yang lain kurang baik dan hanya tempatnya yang terbaik.

Kita perlu mengerti keindahan secara obyektif dan subyektif. Keindahan secara subyektif itu bisa berbeda-beda karena berhubungan dengan selera dari seseorang melihat keindahan itu sendiri. Sementara keindahan obyektif diakui oleh setiap orang keindahan yang ada. Ada tempat-tempat yang menunjukkan keindahan yang luar biasa karena belum tersentuh dari tangan-tangan yang ingin merusak dan mengotorinya. Tempat-tempat ini tersebar di seluruh penjuru dunia dengan segala keindahan dan keunikannya.
Kita juga perlu mengerti bahwa ada perbedaan antara daerah tropis, sub-tropis dan daerah dekat kutub. Masing-masing punya keindahan dan keunikan tersendiri. Itu sebabnya orang-orang yang terbiasa di daerah sub tropis akan kagum dengan daerah tropis dan sebaliknya. Nikmatilah musim panas maupun hujan, Summer maupun Winter yang penuh salju.

Oleh sebab itu, kita perlu belajar dua hal di dalam menikmati alam, selain belajar menikmatinya, juga belajar memuliakan dan menikmati Allah ketika menikmati alam.
Yang pertama, menghargai dan menikmati alam di tempat sendiri. Biasanya kalau terus berada di satu tempat, maka ada kecenderungan dari manusia berdosa untuk tidak bisa menghargainya karena menganggapnya biasa dan seringkali membosankan. Sesudah pergi ke tempat lain, barulah seseorang bisa lebih menghargai keindahan di tempatnya sendiri. Maka belajarlah untuk menikmati sekecil dan sesedikit apapun keindahan yang masih bisa kita lihat. Tentu saja perlu juga membayangkan bagaimana keindahan sebelum ada perubahan yang merusak dan apa yang terjadi kalau direhabilitasi. Kita bisa melihat pasir di pantai misalnya. Kalau tidak berwarna putih maka dianggap pasir biasa. Tetapi, ada yang bisa menikmatinya dan bahkan bisa membuat pameran pasir yang dipahat, bahkan bisa menjadi pameran internasional yang dinikmati banyak orang. Bukankah itu hanya pasir biasa?!
Yang kedua, menghargai dan menikmati alam di daerah-daerah yang dikunjungi. Belajar untuk menikmati apakah itu pantai, gunung, kota, ataupun desa. Serusak apapun tempat itu seharusnya masih ada keunikan dan keindahan yang masih bisa dinikmati. Apalagi kalau kita pergi ke tempat-tempat yang indah, mengapa tidak menikmatinya, bersyukur kepada Allah yang menciptanya dan menikmati Allah yang menjadi sumbernya?!

Menikmati Hasil Budaya Manusia
Ada berbagai macam hasil budaya manusia. Yang dimaksud dengan hasil budaya manusia, bukan hanya budaya yang dihubungkan dengan seni, baik itu musik, tarian, lagu, tetapi juga yang berhubungan dengan kerja, penemuan, teknologi, olahraga dan berbagai macam hiburan.

Di negara-negara maju, teknologi, internet dan hiburan dipuja melebihi Allah, sementara di tempat-tempat tertinggal, teknologi dimusuhi karena dianggap seperti dewa yang baru dan asing. Di negara-negara berkembang, kedua hal ini hadir.
Negara-negara maju sekarang makin sadar bahwa teknologi yang dulu dianggap sebagai penyelamat dan sumber kenikmatan manusia, ternyata juga menjadi pembunuh dan yang mengambil kenikmatan manusia. Contohnya: Mobil, AC, dan berbagai alat yang dulu bisa memberikan kenikmatan kepada manusia, ternyata justru menjadi salah satu penyebab efek rumah kaca yang memicu pemanasan global. Sehingga banyak yang ingin kembali kepada alam, back to the nature. Reaktor nuklir yang menghasilkan berbagai keuntungan bagi manusia, ternyata juga menjadi pembunuh raksasa umat manusa. Internet yang dianggap bisa menyampaikan informasi dengan cepat, juga menjadi alat penyebar dosa dengan sangat cepat melebihi kebaikannya. Pesawat yang sangat membantu manusia karena bisa membawa manusia dari satu tempat ke tempat yang lain dengan cepat, juga tidak luput dari berbagai kecelakaan.

Televisi, Film, Musik, Game dan Olahraga menjadi industri yang berkembang dengan sangat subur sekaligus menjadi sumber hiburan bagi manusia. Kebutuhan manusia akan hiburan yang begitu besar membuat industri dalam bidang ini terus-menerus berkembang dengan pesat. Banyak anak muda yang ingin mendapatkan kesempatan untuk masuk di dalam industri-industri ini.

Televisi yang dulunya merupakan media untuk menyampaikan informasi berubah menjadi alat untuk menyampaikan informasi yang harus dibayar mahal. Iklan merubah televisi menjadi industri untuk mendapatkan keuntungan yang sangat besar. Olahraga yang dulunya bertujuan untuk kesehatan, sekarang berubah menjadi tempat untuk mendapatkan kejayaan pribadi, bangsa dan tentu saja ikatan kontrak dari sponsor yang begitu besar. Seratus tahun yang lalu, olahraga hanya sekedar pekerjaan sampingan. Tapi sejak 50 tahun yang lalu, mulai banyak muncul olahragawan professional. Olahraga bukan lagi hanya untuk olahraga, tetapi menjadi bisnis yang menguntungkan. Bahkan orang-orang terkaya dan terkenal di dunia kebanyakan adalah olahragawan. Hal yang sama terjadi juga di dalam perfilman dan kalau di Indonesia, pemain sinetron.
Zaman dulu anak-anak muda berpikir untuk bekerja di pemerintahan atau swasta. Sekarang impiannya menjadi penyanyi, pemain sinetron dan olahragawan. Bidang-bidang ini di anggap bisa memberikan kesuksesan instant, kecuali untuk olahraga.

Melihat semua gejala dan perkembangan dari teknologi, internet, industri televisi, film, olahraga dan hiburan, maka banyak orang yang menganggap bahwa sesungguhnya industri-industri hiburan ini adalah pekerjaan Iblis untuk menggantikan hiburan yang sejati dari Allah. Apalagi kalau dilihat akibat yang dimunculkan ternyata banyak dampak yang negatif. Bagaimana kita bisa memuliakan dan menikmati Allah dengan media yang meberikan banyak sekali dampak yang negatif? Dan bukankah semuanya ini merupakan hasil budaya manusia 100 tahun terakhir ini, sehingga merupakan produk dari manusia yang semakin berdosa!?

Kita perlu mengerti bahwa di dalam dunia yang berdosa ini, semua yang bertujuan untuk kebaikan pada awalnya pasti ada akibat negatifnya karena pencemaran dosa. Teknologi apapun yang baik bisa dipergunakan untuk kejahatan. Tapi itu bukan berarti bahwa manusia kemudian berhenti untuk menemukan dan menikmati hasil penemuannya. Selain itu perlu untuk memikirkan perbaikannya. Karena banyak penemuan manusia itu bersifat sementara, hanya berguna di satu zaman, tapi di zaman berikutnya bisa menjadi alat yang menghancurkan. Di zaman tertentu diperlukan, tetapi zaman berikutnya tidak berguna. Ada banyak alat yang ditemukan bukan untuk dipakai selama-lamanya. Ini yang harus diterima oleh manusia yang berharap semua yang dimilikinya bisa kekal sampai selama-lamanya. Maka kita perlu belajar menikmati yang sekarang sambil memikirkan dampak dan perbaikannya bagi masa depan. Misalnya orang yang memakai mobil, juga memikirkan mobil hybrid dan mungkin berbagai macam jenis transportasi yang lebih aman dan ramah lingkungan.

Berbagai macam hiburanpun seharusnya bisa kita nikmati sebagai kenikmatan di waktu-waktu luang, tetapi bukan sebagai penghiburan utama yang membuat kita ketagihan dan bergantung kepada semua penghiburan itu. Seolah-olah tanpa televisi, film, musik atau olahraga kita tidak bisa menikmati hidup ini. Nikmati tapi jangan bergantung dan menjadikan semuanya adalah pusat di dalam hidup kita. Kita tetap bisa melihat, belajar dan menikmati banyak hal yang baik untuk memuliakan Allah dan menikmatiNya di dalam dunia yang berdosa ini.

Menikmati Setiap Hari
Melihat berbagai hal di hidup ini seharusnya kita menikmati setiap hari. Terlalu banyak kenikmatan yang sudah disediakan oleh Allah di dalam hidup kita sehari-hari.
Salah satu kegiatan yang bisa terus-menerus mengingatkan kita tentang kenikmatan setiap hari yang tersedia bagi kita adalah makan. Kegiatan makan adalah salah satu kegiatan yang memberikan begitu banyak kenikmatan, meskipun sebagian orang tidak lagi melihatnya sebagai kenikmatan.
Saya sudah menjelaskan di bab-bab sebelumnya bahwa dari Kej 2:9, kita bisa melihat bahwa Allah menyediakan makanan bukan hanya untuk kebutuhan bagi hidup manusia tetapi juga untuk kenikmatan manusia. Begitu juga dengan 1 Kor 10:31, menjelaskan bahwa makan dan minumpun bisa dipakai untuk memuliakan Allah. Lebih menarik lagi, permintaan pertama di dalam Doa Bapa Kami, bukanlah kebutuhan akan pengampunan dosa, melainkan roti harian (makanan), Mat 6:11. Kita juga bisa melihat bahwa makan dan minum dipakai oleh Allah untuk mengingat cinta kasihNya kepada kita, yaitu di dalam Perjamuan Kudus. Maka seharusnya, waktu makan setiap hari mengingatkan kita akan kenikmatan setiap hari.

Setiap kali kita berdoa makan seharusnya bukan karena formalitas atau kebiasaan. Melainkan kita memulainya dengan penuh ucapan syukur untuk berkat yang Allah sediakan bagi kebutuhan dan kenikmatan kita. Selanjutnya, nikmatilah apapun yang tersedia, sedikit atau banyak sampai kita puas dan memuji Allah. Di samping itu ingatlah Allah ketika kita menikmati segala berkat makanan. Rhea F. Miller di dalam bait ketiga dari lagunya I’d Rather Have Jesus menggambarkan bagaimana seharusnya kita menikmati Allah melalui makan. Kristus lebih manis dari madu yang paling manis!

Selain makan, kerja juga seharusnya mengingatkan kita untuk kenikmatan yang sudah Allah sediakan dan bisa untuk menikmati Allah setiap hari. Kerja adalah pemberian Allah kepada manusia sejak Penciptaan. Ada kepuasan dan sukacita ketika manusia bekerja. Meskipun ketika manusia jatuh dalam dosa, ada perubahan yang membuat kerja menjadi suatu beban yang berat, tapi seharusnya tidak menghilangkan dan membuang segala kenikmatan di dalam bekerja.
Memang kenikmatan dalam kerja saat ini sudah digantikan dengan hasil yang didapat, yaitu kenaikan jabatan ataupun materi. Tetapi seharusnya kenikmatan di dalam bekerja dikembalikan lagi kepada fungsi yang sebenarnya, untuk mengusahakan dan memelihara semua ciptaan Allah, sekaligus manusia bisa mengembangkan talentanya serta menjadi wakil Allah di dunia ini. Jikalau hal ini yang dilakukan oleh manusia setiap hari pada saat bekerja, maka kerja menjadi suatu kenikmatan yang bisa dipakai untuk memuliakan dan menikmati Allah.

No comments: