Sunday, July 1, 2007

Menikmati sampai selama-lamanya

Salah satu pemikiran yang memotivasi hidup manusia adalah kenikmatan di dalam kekekalan. Motivasi ini bisa menggerakkan orang untuk mengorbankan hidupnya sebagai pembom bunuh diri, menahan diri untuk tidak menikmati setiap kenikmatan sementara yang berdosa ataupun menjadi visi yang mempengaruhi bagaimana menikmati kenikmatan yang sementara ini.

Nafsu terpuaskan?
Ada sebagian kepercayaan yang beranggapan bahwa sorga adalah tempat untuk memuaskan segala hawa nafsu. Misalnya seorang pria akan mendapatkan banyak wanita cantik-cantik untuk pemuasan hawa nafsunya. Ataupun sorga adalah tempat untuk tidak bekerja lagi sampai selama-lamanya, di sana liburan terus dan bebas melakukan semua yang diinginkan hati. Apakah betul sorga adalah tempat pemuasan hawa nafsu kenikmatan?

Bertentangan dengan pemikiran ini, adalah pemikiran dari para atheist yang merasa tidak perlu masuk sorga, karena di sorga mereka tidak bisa bebas untuk menikmati narkotika, pelacur dan sebagainya. Maka mereka memilih lebih baik ke neraka yang mereka pikir akan menyediakan segala sesuatu yang memuaskan nafsu mereka. Apakah sorga tidak lebih memuaskan dibandingkan dengan neraka dan bumi yang berdosa ini?

Sebenarnya untuk menjawab kedua pemikiran ini, kita seharusnya kembali ke dalam hal yang paling mendasar yang bisa memuaskan hidup manusia sampai selama-lamanya. Jika manusia di dalam hidup ini hanya melihat pemuasan nafsunya yang bisa membuat hidupnya bahagia, maka hal itulah yang dia akan inginkan sampai selama-lamanya. Selama hidupnya hanya bisa melihat sex, wanita cantik, uang, liburan tanpa kerja, narkoba, penghiburan dan segala kenikmatan sementara, maka semua itulah yang diinginkan tetap bertahan sampai selama-lamanya.
Sayang sekali, manusia lupa bahwa ada yang sementara dan ada yang kekal. Yang sementara tidak mendapatkan tempat di dalam kekekalan. Di sorga tidak ada kawin dan mengawinkan. Hubungan sex dan perkawinan dibutuhkan di dunia ini untuk manusia bertambah banyak memenuhi bumi dan manusia belajar menikmati di dalam relasi yang tidak terpisahkan. Tetapi di dalam kekekalan nanti relasi antara sesama manusia akan lebih nikmat daripada hubungan sex antara pria dan wanita, karena manusia tanpa dosa dan sudah berada di dalam satu persekutuan di dalam Allah Tritunggal.

Manusia akan terus bekerja untuk memuji dan menyembah Allah sampai selama-lamanya dan memerintah langit dan bumi yang baru sampai selama-lamanya. Tidak ada dosa, tidak ada motivasi yang salah, manusia tidak bekerja untuk membeli kenikmatan. Karena kenikmatan sudah disediakan semuanya dan bahkan kerjapun suatu kenikmatan.
Manusia tidak perlu memikirkan kepuasan hawa nafsunya yang berdosa, karena tidak ada dosa di sana dan hidup manusia adalah hidup yang bahagia dan memuaskan, karena Allah sendiri mengisi kekekalan manusia yang membuat manusia menikmati sampai selama-lamanya.

Merindukan Kekekalan
John Calvin dalam Inst.III.9, mengatakan bahwa orang-orang percaya seharusnya merindukan hidup yang kekal. Karena di dalam hidup yang kekal kita bisa bertemu Allah yang kita rindukan. Di dalam kekekalan kita bisa berhadapan dengan semua kebaikan tertinggi dan termurni tanpa dosa. Jika membandingkan hidup yang sementara ini dengan kekekalan maka hidup yang sementara ini menjadi tidak berarti sama sekali. Meskipun demikian, hidup yang sementara ini berguna untuk hidup yang kekal. Itu sebabnya kita perlu memikirkan kekekalan, tetapi juga mempergunakan kesementaraan ini di dalam hubungannya dengan kekekalan. C.S. Lewis mengatakan:
Jika Anda membaca sejarah, Anda akan menemukan bahwa orang Kristen yang berbuat terbaik bagi dunia masa kini adalah mereka yang banyak berpikir tentang dunia yang akan datang… Ketika orang Kristen berhenti memikirkan dunia yang akan datang, mereka menjadi kehilangan pengaruh positif mereka dalam dunia ini.

Rasul Paulus dalam Fil 1:21-24 mengatakan bahwa mati adalah keuntungan. Mati jauh lebih baik, tetapi hidup jauh lebih perlu.
Maka bagaimana seharusnya kita mempergunakan hidup yang perlu untuk sampai kepada kekekalan yang jauh lebih baik? Bagaimana seharusnya kita mempergunakan semua kenikmatan sementara untuk persiapak kepada kehidupan kekal untuk menikmati sampai selama-lamanya?

Sebagian orang yang menikmati hidup yang sementara ini, mengerti bahwa semuanya pemberian Allah tapi mungkin tidak mempergunakannya sebaik mungkin untuk pelajaran menikmati sampai selama-lamanya. Banyak orang tidak menyadari tentang pelajaran menikmati sangat berguna sampai selama-lamanya. Kenikmatan sementara memang fungsinya sementara, tetapi apakah gunanya yang sementara jika tidak ada hubungannya dengan kekekalan? Sama seperti dunia ini hanya sementara, tapi kalau tidak ada hubungannya dengan kekekalan apa gunanya yang sementara ini? Hanya sekedar pernah hadir kemudian suatu saat nanti hilang dan tidak ada gunanya sama sekali, kecuali di dalam waktu yang sementara itu?

Yesus Kristus, Allah yang dari kekekalan masuk ke dalam kesementaraan menjadi manusia, membuat orang yang percaya kepadaNya bisa mengkaitkan antara hidup yang sementara ini dengan hidup yang kekal. Hidup kita ini masih berada di dalam kesementaraan, tapi kita sudah memiliki hidup yang kekal. Maka seharusnya kenikmatan yang sementara di dalam hidup yang sementara inipun berhubungan dengan kenikmatan yang kekal. Pertanyaannya, apa/siapa yang bisa membuat sementara berhubungan dengan kekekalan? Jawabannya, hanya Yesus Kristus, Allah menjadi manusia, yang dari kekekalan masuk dalam kesementaraan. Ia yang membuat manusia bisa menikmati kekekalan di dalam kesementaraan ini. Artinya, jikalau manusia menikmati semua kenikmatan sementara di luar Kristus, maka semuanya hanya sementara. Tapi, jika kita menikmati semua kelimpahan yang berasal dari Allah di dalam Yesus Kristus, maka kita sedang menikmati kenikmatan yang kekal.
Kita bisa mengerti dan melihat contohnya di dalam Perjamuan Kudus. Makan roti dan minum anggur, tetapi ternyata bisa dipakai untuk mengenang anugerah Allah di dalam kematian Tuhan Yesus Kristus di atas salib. Sederhana sekali, hanya dengan makan minum bisa menikmati Allah sampai selama-lamanya.

Seharusnya kita bukan hanya memikirkan semua kenikmatan yang sementara ini demi untuk kesementaraan saja. Karena yang sementara ini tidak semuanya hanya berguna demi kesementaraan meskipun memang waktu terjadinya hanya sementara. Banyak hal di dalam kehidupan manusia, kejadian-kejadian yang hanya terjadi sesaat dan di dalam waktu yang singkat ternyata bisa merubah dan mempengaruhi hidup sampai mati, bahkan bisa mempengaruhi hidup orang lain. Mengapa kenikmatan-kenikmatan yang sementara juga tidak bisa membuat hidup kita belajar menikmati sampai selama-lamanya?!

Biarlah kita bisa melihat segala kelimpahan berkat-berkat Allah di dalam kenikmatan yang sementara dan kita bisa belajar menikmati semuanya di dalam Yesus Kristus, yang membuat kita belajar menikmati sampai selama-lamanya.

No comments: